MATERI
Materi
mempunyai massa dan memerlukan ruangan.
Massa
merupakan ukuran yang menunjukkan kelembaman atau bertahannya suatu
benda
terhadap suatu gaya yang bekerja pada benda tersebut. Massa juga
merupakan
ukuran yang menunjukkan jumlah materi yang menyusun benda
tersebut.
Satuan massa biasanya dalam gram (g).
Massa
(m) berbeda dengan berat (w). Berat merupakan gaya yang bekerja pada
suatu
benda yang bermassa m dengan percepatan grafitasi (g) atau biasa disebut
gaya
gravitasi.
W
= m . g
Satuan
berat biasanya dalam newton (N = kg.m/dt²).
Materi
dapat dibedakan (diklasifikasikan) menjadi:
a.
Zat tunggal (zat murni). Zat tunggal dapat dibedakan menjadi:
1. Unsur, yaitu zat tunggal yang tidak
dapat diuraikan secara kimia menjadi
zat lain.
2. Senyawa, yaitu zat tunggal yang
dapat diuraikan secara kimia menjadi zat
lain (unsur-unsur
penyusunnya atau senyawa yang lebih sederhana).
b.
Zat campuran. Zat campuran dapat dibedakan menjadi:
1. Campuran yang bersifat homogen
(larutan).
2. Campuran yang bersifat heterogen.
Menurut
Einstein massa (m) dapat berubah menjadi energi (E), atau sebaliknya.
E = m . c²
c =
cepat rambat cahaya (kecepatan cahaya).
Energi
merupakan penyebab utama terjadinya perubahan materi. Perubahan materi
dapat
dibedakan menjadi:
a.
Perubahan Fisika (perubahan fisik), yaitu perubahan pada wujud atau
penampilan fisik (sifat fisik) tetapi
identitas dasarnya (sifat kimianya) tetap
(masih materi semula). Perubahan fisika ini
tidak menghasilkan zat lain.
Contoh: lilin meleleh karena dipanaskan,
air menguap, kayu dibuat menjadi
bangku.
b.
Perubahan kimia, yaitu perubahan pada identitas dasar (sifat kimia), sehingga
materinya berbeda dengan materi semula.
Perubahan kimia ini menghasilkan
materi lain (materi baru).
Contoh: lilin terbakar, kayu melapuk, besi
berkarat.
Sifat-sifat
materi
Berdasar
kaitannya dengan perubahan materi, sifat-sifat materi dapat dibedakan
menjadi:
a.
Sifat fisika (sifat fisik), yaitu sifat yang berhubungan dengan penampilan
fisik
yang biasanya dapat diamati dari luar
materi. Sifat fisik ini tidak menyebabkan
terbentuknya zat lain.
Contoh: warna, bau, rasa, titik didih,
massa jenis.
b.
Sifat kimia, yaitu sifat khas yang menjadi identitas dasar materi yang dapat
diamati di dalam materi tersebut. Sifat
kimia ini berhubungan dengan
perubahan menjadi zat lain (menyebabkan
terbentuknya zat lain).
Contoh: keelektronegatifan, kereaktifan,
energi ionisasi, energi ikatan.
Berdasarkan kaitannya dengan ukuran atau
jumlah materi, sifat-sifat materi dapat
dibedakan menjadi:
a.
Sifat ekstrinsik, yaitu sifat yang besarnya bergantung pada jumlah/ukuran
materi.
Contoh: massa, berat, volume
b.
Sifat intrinsik, yaitu sifat yang tidak bergantung pada jumlah/ukuran materi.
Contoh: bau, warna, rasa, massa jenis,
titik didih, sifat kimia (misalnya:
keelektronegatifan, kereaktifan, energi
ikatan).
Hukum-hukum
dasar yang berhubungan dengan materi
1.
Hukum kekekalan massa oleh Antoine
Laurent Lavoiser (1789).
Tidak ada penambahan atau pengurangan massa
zat dalam reaksi (massa zat
kekal/tetap), sehingga massa zat-zat hasil
reaksi sama dengan massa zat-zat yang bereaksi
Contoh: 56 g besi (Fe) bereaksi dengan 32 g
belerang (S) menghasilkan 88 g
senyawa besi sulfida (FeS).
2.
Hukum perbandingan tetap (susunan tetap) oleh Joseph Proust (1799).
Dalam suatu senyawa perbandingan massa
unsur-unsur penyusunnya selalu tetap.
Contoh: dalam senyawa FeS:
Massa Fe (g)
|
Massa
S (g)
|
Massa Fe : massa S
|
56
|
32
|
7 :4
|
14
|
8
|
7 :4
|
3,5
|
2,0
|
7 :4
|
5,6
|
3,2
|
7 :4
|
3.
Hukum perbandingan berganda oleh Dalton
(1805).
Bila
dua unsur dapat membentuk lebih dari satu macam senyawa, maka
perbandingan
sederhana massa kedua unsur dalam senyawanya berbanding sebagai
bilangan
bulat.
Contoh:
Fe
dan S dapat membentuk senyawa FeS atau FeS2. Dalam FeS, 56 g Fe
bersenyawa
dengan 32 g S dan dalam FeS2, 56 g Fe bersenyawa dengan 64 g S.
Jika
massa Fe dalam FeS dan FeS2 masing-masing
56 gram (sama), maka
perbandingan
massa S dalam FeS dan FeS2 adalah
= 32 : 64 = 1 : 2
Pada
kedua senyawa tersebut, perbandingan massa S sama dengan perbandingan
jumlah
atom S, yaitu = 1 : 2
Untuk
menentukan perbandingan berganda unsur Fe, maka massa S harus
disamakan,
misalnya 64 g. Pada FeS perbandingan massa Fe : S = 56 : 32,
sehingga
massa Fe dalam FeS = 112 g.
Jadi
perbandingan massa Fe dalam FeS dan FeS2
= 112 : 56 = 2 : 1
Pada
kedua senyawa tersebut, perbandingan massa Fe sama dengan perbandingan
jumlah
atom Fe. Perbandingan massa Fe = kebalikan dari perbandingan massa S.
0 komentar:
Posting Komentar